Rabu, 22 April 2009

Guru di sekolah kita sudah bermutu?

Salah satu faktor utama sekolah bermutu adalah sumber daya manusia yang ada disekolah itu harus bermutu. Pada suatu kesempatan saya mengantar anak kesekolah. Saat itu jam sekolah sudah waktunya masuk kelas, cepat saja anak saya cium tangan saya dan mengucap salam langsung lari ke lapangan. Saya melihat anak saya sampai dilapangan, saya alihkan pandangan ke pintu gerbang, terlihat seorang guru dengan jalan santai masuk menuju lapangan juga. Dari peristiwa itu dapat saya simpulkan sekolah ini belum "Bermutu". Salah satu ujung tombak sumber daya manusia disekolah adalah guru. Jika guru dalam segala aspek baik ucapan maupun tindakan "tidak bermutu" akan mengakibatkan sekolah itupun tidak bermutu. Ada istilah jawa tentang "guru" yaitu "digugu lan ditiru". Seharusnya memang seorang guru itu bisa menjadi suritauladan bagi siswa-siswinya, baik ucapannya maupun tindakannya. Jika kita lihat detail tugas dan kewajiban guru memang banyak, diantaranya membuat persiapan pembelajaran, merekap data nilai siswa, menyiapkan alat peraga, juga mengenal karakteristik semua siswa yang diajar serta menanamkan nilai-nilai moral kepada semua siswa.
Mengapa guru tidak bermutu? pertanyaan itu sering terlontarkan, namun jawaban dibalik itu sangat komplek. Kita samakan dulu persepsi tentang mutu, bermutu adalah segala tindakan yang dilakukan/diciptakan sesuai dengan ukuran tertentu yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian yang sederhana ini mari kita cari jawaban pertanyaan diatas.
Kita bertanya pada para guru "Kapan anda ingin menjadi guru?", ini adalah pertanyaan yang mendasar menyangkut niat menjadi guru. Jawaban yang muncul pasti beragam, ada yang mulai masa TK, ada yang sejak SD, SMP,SMA atau sejak masuk perguruan tinggi keguruan, bahkan ada yang setelah lulus kuliah. Pertanyaan kedua "Mengapa anda ingin menjadi guru?", jawaban juga sangat beragam, ada yang menjawab karena relatif mudah masuknya daripada pekerjaan lain, karena daripada tidak bekerja, karena relatif aman dari PHK, karena senang dengan anak-anak, atau karena ingin membentuk anak yang berhasil baik didunia maupun di akhirat. Pertanyaan selanjutnya adalah "Bagaimana menjadi guru yang bermutu?" jawaban pertanyaan yang ketiga ini tidak membutuhkan kalimat verbal, namun memerlukan bukti tindakan yang telah dilakukan. Benarkah para guru telah membuat persiapan pembelajaran sendiri?, benarkah para guru telah melakukan pembelajaran dikelas sesuai waktu-strategi-alat peraga yang telah disarankan?, benarkah para guru telah mengenal karakteristik siswanya?, benarkah para guru telah menanamkan nilai-nilai moral pada siswanya?. Silahkan para guru menjawab sendiri semua peertanyaan itu. Jika kita menjawab dari pertanyaan pertama sampai terakhir sesuai dengan ukuran yang ditentukan, maka kita bisa menjadi guru yang bermutu, sebaliknya jika masih belum berarti kita belum bermutu. Selain ukuran yang telah ditentukan depdiknas ada ukuran yang sangat tepat buat kita, yaitu "Hati nurani" kita. Selamat mengukur diri, semoga menjadi guru yang bermutu.

Senin, 13 April 2009

Apakah sekolah kita sudah bermutu?

Jika kita mengucapkan kata "Bermutu" seolah-olah semua yang terkait dengan tema ucapan kita telah memenuhi "persyaratan"tertentu.Seringkali orang mengucapkan kata"Bermutu"yang berhubungan dengan dunia pendidikan, dalam hal ini adalah "sekolah bermutu!". Kita tahu beberapa sekolah memiliki siswa yang banyak, sedang yang lain hanya sedikit siswa, sehingga orang mengatakan sekolah dengan banyak siswa adalah sekolah bermutu. Lain lagi dengan sekolah yang mempunyai fasilitas yang lengkap, ada banyak ruang laboratorium, ada Hall, ada lapangan sepak bola dan lain-lain, namun di lain tempat ada sekolah yang serba kekurangan, kelas yang ala kadarnya, ruang perpustakaan yang menjadi satu dengan UKS dan ruang guru serta tidak ada fasilitas lain. Orang mengatakan sekolah yang penuh fasilitas itulah yang bermutu. Coba kita lihat sekolah kita, termasuk kategori yang mana? Ada indikator yang mudah untuk menilai sekolah kita, apakah siswa yang bersekolah merasa senang ditempat kita? Apakah orangtua merasa puas menyekolahkan anaknya ditempat kita? Apakah lulusan siswa dari sekolah kita bisa melanjutkan sekolah dengan mudah? Dari ketiga indikator tersebut masih ada satu indikator yang paling fundamental yaitu Apakah ada perubahan semua siswa kita ketika baru masuk dengan setelah beberapa bulan bersekolah ditempat kita? Ya, perubahan itulah yang paling fundamental ketika kita melabeli sekolah kita bermutu atau belum bermutu. Perubahan dari yang belum tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa, dari yang belum baik menjadi baik. Apakah sekolah kita sudah seperti itu?